expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 03 April 2011

Relung, Habitat, Adaptasi dan Faktor Pembatas

Relung (Niche)
Habitat adalah tempat hewan tinggal dan berkembang biak. Berbagai organisme yang hidup di laut tropis membutuhkan tempat hidup. Tempat hidup inilah yang di sebut dengan relung (niche). Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927), seorang ilmuwan Inggris. Niche tidak hanya meliputi ruang/tempat yang di tingggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradien lingkungan: temperatur, kelembaban, ph, substrat, dan kondisi lain. Pengetahuan tentang niche diperlukan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama organisme-organisme tersebut. Niche tidak hanya diartikan dimana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi, dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.
Dalam suatu ekologi, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi sebagai landasan untuk memahami fungsi dari suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat yang sama. Peranan niche dalam habitatnya, dalam jenjang makanannya yang berhubungan dengan pH tanah atau iklim. Dalam ekosistem, berbagai jenis makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung ekologi masing-masing hidup bersama dan berinteraksi.

HABITAT
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya”di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Sehingga Habitat diartikan sebagai tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke habitat itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.
Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau.
Selain itu, istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat menggunakan habitat hutan pantai, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat hutan rawa, dan lain sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen lingkungan biotik) dan komponen lingkungan abiotik.

ADAPTASI
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

Jenis Adaptasi
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.

1.   Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut :

a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.

c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya

d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.

e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.

Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.

b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.

c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.

b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.



FAKTOR PEMBATAS
Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem.

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas, Lingkungan Mikro dan Indikator Ekologi
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:

a) umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu komunitas.

b) spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator ekologi.

c) sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu.

d) semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.


Sumber :



http://www.try4know.co.cc/2010/03/faktor-pembatas-ekosistem.html

Partner : Giapril Doni

Senin, 21 Maret 2011

PENGARUH PENINGKATAN RADIASI UV-B TERHADAP ORGANISME LAUT

Sistem perairan yang menyediakan berbagai jenis bahan makanan yang sangat banyak bagi manusia, terutama dalam bentuk ikan, kerang dan rumput laut. Lebih dari 30% protein hewani dunia untuk konsumsi berasal dari lautan dan di banyak negara, terutama negara berkembang. Dari hasil penelitian, faktor penting yang harus diketahui adalah bagaimana peningkatan radiasi UV-B matahari dapat berpengaruh terhadap produktivitas sistem perairan.

Adanya penipisan lapisan ozon sekitar 16% dapat menyebabkan pengurangan sebesar 5% fitoplankton yang setara dengan kehilangan sekitar 7juta ton ikan setiap tahun.
Sinar UV-B telah diketahui menyebabkan kerusakan pada masa perkembangan awal ikan, udang, amphibi dan binatang lain. Radiasi sinar UV-B adalah sebuah faktor yang membatasi, dan kenaikan kecil dalam penyinaran UV-B dapat menyebabkan pengurangan populasi organisme konsumen.
Matahari sebagai sumber energi bagi bumi memancarkan radiasi dalam berbagai panjang gelombang, dan salah satunya yang berkaitan dengan fenomena kehidupan di bumi adalah sinar ultra violet (UV). Ada empat jenis radiasi UV, yaitu UV-A (315 – 400 nm), UV-B (280- 315 nm), UV-C (100- 280 nm) dan UV-D (20 – 100 nm). Yang paling tinggi energinya dan berpotensi merusak makhluk hidup adalah UC-C dan UV-D, tetapi hanya sedikit pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi karena radiasinya dapat diserap oleh atmosfer yang berlapis ozon atau tanpa ozon. UV-A bisa menembus atmosfer yang berozon, dan hanya UV-B yang secara efektif dapat ditahan oleh lapisan ozon yang tebal, dengan demikian radiasi yang sampai di bumi sangat tergantung dengan ketebalan ozonn di lapisan atmosfer.
Ekosistem laut mengimbangi ekosistem daratan dalam memproduksi biomassa yang mana penghubungannya berupa bahan organik kurang lebih sekitar 90 dan 100 gigaton setiap tahun (Houghton dan Woodwell, 1989). Oleh karena itu, penting diketahui adanya kenaikan UV-B yang mempunyai pengaruh terhadap hasil suatu area lautan dan diseluruh ekosistem yang bergantung pada proses ini dan juga proses klimatologi yang dapat dipengaruhinya (Smith, 1989).
Peranan sinar matahari untuk proses fotosintesis, pada fitoplankton yang berada di lapisan bagian atas, dibedakan dengan peringkat kekuatan penyinaran dan jarak gelombang pendek di dalam permukaan air.
Fitoplankton laut berperan sebagai elemen utama untuk mengurangi karbondioksida atmosfir, dan mempunyai peranan dalam menentukan kecenderungan pada masa depan konsentrasi karbondioksida dalam atmosfer. Fitoplankton lautan tersebar secara tidak merata di seluruh lautan dunia. Konsentrasi yang tertinggi terdapat di gads lintang yang tinggi kecuali pada kawasan yang mengalami upwelling pada area tertentu, serta daerah tropis dan subtropis mempunyai perbandingan 10 sampai 100 kali konsentrasi yang lebih rendah.
Disamping nutrisi, suhu, salinitas dan kesediaan cahaya, tingkatan penyiranan sinar UV-B dari matahari memainkan peranan dalam distribusi fitoplankton. Kehilangan dalam skala besar di dalam produktivitas biomasa primer akan mempunyai akibat terhadap jaring-jaring makanan di dalam ekosistem perairan dan berpengaruh terhadap produk makanan.

Produsen Primer
Sinar UV-B yang mengenai permukaan organisme akan menembus sampai kepada DNA, menghalangi fotosintesis, aktivitas enzim dan penggabungan nitrogen, memudarkan pigmen bersel dan mencegah motilitas dan orientasi (Hader dan Worrest, 1991 ). UV-B tidak hanya merusak satu bagian di fitoplankton tetapi mempunyai efek lainnya yang merusak organ lainnya. Studi mengenai kenaikan radiasi UV secara sensitif dilakukan di area lubang ozon Kutub Selatan, sebuah wilayah yang telah mengalami penipisan lapisan ozon dan berakibat adanya kenaikan radiasi UV di daerah Biosfer (Smith,et.al. 1992).

Gangguan Rantai Makanan
Sebagai komponen ekosistem, fitopklankton merupakan organisme fotosintesik yang mempunyai peranan penting dalam rantai-rantai makanan sebagai produsen primer bagi pemenuhan kebutuhan energi bagi organisme yang lebih besar.
Kelangsungan secara alami proses perputaran energi di ekosistem, berjalan dengan normal seperti kenormalan pembentukan enrgi di tahap awal, yaitu organisme fotosintesik. Akan tetapi, ternyata proses ini terganggu dengan adanya penipisan ozon yang terjadi.
Peningkatan radisasi UV, tidak hanya berpengaruh langsung pada proses fotosintesis, tetapi ternyata berpengaruh juga pada aspek fisiknya sebagai salah satu komponen dalam ekosistem.
Terganggunya pembentukan energi dan aspek fisiknya, berpengaaruh pada kematian sekitar 50% pada larva udang dan larva ikan. Pada penipisan ozon 16% telah terjadi kematian larva pada umur 2, 4 dan 12 hari dengan prosentase 50%, 82% dan 100% (Hader dan Worrest, 1991). Dari penelitian lain diestimasikan bahwa dengan penurunan lapisan ozon sebesar 16% akan mengakibatkan pengurangan 5% produsen primer (Hader dan Worrest, 1991). Dari pengurangan ini akan berimbas pada oprganisme yang lebih besar, misalnya jenis-jenis ikan diperkirakan berkurang sekitar 6% sampai 9%, sebanding dengan 6 juta ton ikan per tahun (Nixon, 1988 di dalam Hader dan Worrest, 1991)

Kondisi UV-B di Indonesia
Radiasi Uv matahari merupakan bagian dari radiasi elektromagnetik dari matahari yang berada pada panjang gelombang 20-400 nm. Dari empat jenis radiasi, radiasi UV-B merupakan radiasi yang berkaitan paling erat dengan lapisan ozon yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Oleh karena itu, Pusat Pemanfaatan Sains Stmosfer dan Iklim LAPAN Bandung melakukan pengukuran radiasi UV-B  menggunakan Pyranometer MS 210 W buatan EKO cp.ltd. alat ini mengukur jumlah intensitas radiasi UV-B dari panjang gelombang 280-315 nm dalam satuan watt/m2 . (Kaloka, 2001)

Kesimpulan
Radiasi UIV-B yang menembus sampai di biosfer, apabila mengenai permukaan tubuh organisme akan menembus sampai kepada DNA, sehingga mengganggu proses pertumbuhan organisme tersebut. Di Indonesia, radiasi UV-B masih dalam batas nilai tidak membahayakan bagi kehidupan, walaupun begitu, pada tahun 1995 intensitas UV-B pernah mengalami kenaikan sebesar 1,3% di Bandung.

DAFTAR PUSTAKA
Hader, D.P.  R.C Worrest and H.D.Kumar. 1991. Aquatic ecosystems. UNEP Environmental Effects Panel Report.
Kaloka. S. Budiwati. T.Suparno. Mardi cadn Maryadi. Radiasi Ultraviolet, Ozon dan Aerosol di atas Bandung, Laporan Program Penelitian TA 2001, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim. LAPAN