expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 21 Maret 2011

PENGARUH PENINGKATAN RADIASI UV-B TERHADAP ORGANISME LAUT

Sistem perairan yang menyediakan berbagai jenis bahan makanan yang sangat banyak bagi manusia, terutama dalam bentuk ikan, kerang dan rumput laut. Lebih dari 30% protein hewani dunia untuk konsumsi berasal dari lautan dan di banyak negara, terutama negara berkembang. Dari hasil penelitian, faktor penting yang harus diketahui adalah bagaimana peningkatan radiasi UV-B matahari dapat berpengaruh terhadap produktivitas sistem perairan.

Adanya penipisan lapisan ozon sekitar 16% dapat menyebabkan pengurangan sebesar 5% fitoplankton yang setara dengan kehilangan sekitar 7juta ton ikan setiap tahun.
Sinar UV-B telah diketahui menyebabkan kerusakan pada masa perkembangan awal ikan, udang, amphibi dan binatang lain. Radiasi sinar UV-B adalah sebuah faktor yang membatasi, dan kenaikan kecil dalam penyinaran UV-B dapat menyebabkan pengurangan populasi organisme konsumen.
Matahari sebagai sumber energi bagi bumi memancarkan radiasi dalam berbagai panjang gelombang, dan salah satunya yang berkaitan dengan fenomena kehidupan di bumi adalah sinar ultra violet (UV). Ada empat jenis radiasi UV, yaitu UV-A (315 – 400 nm), UV-B (280- 315 nm), UV-C (100- 280 nm) dan UV-D (20 – 100 nm). Yang paling tinggi energinya dan berpotensi merusak makhluk hidup adalah UC-C dan UV-D, tetapi hanya sedikit pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi karena radiasinya dapat diserap oleh atmosfer yang berlapis ozon atau tanpa ozon. UV-A bisa menembus atmosfer yang berozon, dan hanya UV-B yang secara efektif dapat ditahan oleh lapisan ozon yang tebal, dengan demikian radiasi yang sampai di bumi sangat tergantung dengan ketebalan ozonn di lapisan atmosfer.
Ekosistem laut mengimbangi ekosistem daratan dalam memproduksi biomassa yang mana penghubungannya berupa bahan organik kurang lebih sekitar 90 dan 100 gigaton setiap tahun (Houghton dan Woodwell, 1989). Oleh karena itu, penting diketahui adanya kenaikan UV-B yang mempunyai pengaruh terhadap hasil suatu area lautan dan diseluruh ekosistem yang bergantung pada proses ini dan juga proses klimatologi yang dapat dipengaruhinya (Smith, 1989).
Peranan sinar matahari untuk proses fotosintesis, pada fitoplankton yang berada di lapisan bagian atas, dibedakan dengan peringkat kekuatan penyinaran dan jarak gelombang pendek di dalam permukaan air.
Fitoplankton laut berperan sebagai elemen utama untuk mengurangi karbondioksida atmosfir, dan mempunyai peranan dalam menentukan kecenderungan pada masa depan konsentrasi karbondioksida dalam atmosfer. Fitoplankton lautan tersebar secara tidak merata di seluruh lautan dunia. Konsentrasi yang tertinggi terdapat di gads lintang yang tinggi kecuali pada kawasan yang mengalami upwelling pada area tertentu, serta daerah tropis dan subtropis mempunyai perbandingan 10 sampai 100 kali konsentrasi yang lebih rendah.
Disamping nutrisi, suhu, salinitas dan kesediaan cahaya, tingkatan penyiranan sinar UV-B dari matahari memainkan peranan dalam distribusi fitoplankton. Kehilangan dalam skala besar di dalam produktivitas biomasa primer akan mempunyai akibat terhadap jaring-jaring makanan di dalam ekosistem perairan dan berpengaruh terhadap produk makanan.

Produsen Primer
Sinar UV-B yang mengenai permukaan organisme akan menembus sampai kepada DNA, menghalangi fotosintesis, aktivitas enzim dan penggabungan nitrogen, memudarkan pigmen bersel dan mencegah motilitas dan orientasi (Hader dan Worrest, 1991 ). UV-B tidak hanya merusak satu bagian di fitoplankton tetapi mempunyai efek lainnya yang merusak organ lainnya. Studi mengenai kenaikan radiasi UV secara sensitif dilakukan di area lubang ozon Kutub Selatan, sebuah wilayah yang telah mengalami penipisan lapisan ozon dan berakibat adanya kenaikan radiasi UV di daerah Biosfer (Smith,et.al. 1992).

Gangguan Rantai Makanan
Sebagai komponen ekosistem, fitopklankton merupakan organisme fotosintesik yang mempunyai peranan penting dalam rantai-rantai makanan sebagai produsen primer bagi pemenuhan kebutuhan energi bagi organisme yang lebih besar.
Kelangsungan secara alami proses perputaran energi di ekosistem, berjalan dengan normal seperti kenormalan pembentukan enrgi di tahap awal, yaitu organisme fotosintesik. Akan tetapi, ternyata proses ini terganggu dengan adanya penipisan ozon yang terjadi.
Peningkatan radisasi UV, tidak hanya berpengaruh langsung pada proses fotosintesis, tetapi ternyata berpengaruh juga pada aspek fisiknya sebagai salah satu komponen dalam ekosistem.
Terganggunya pembentukan energi dan aspek fisiknya, berpengaaruh pada kematian sekitar 50% pada larva udang dan larva ikan. Pada penipisan ozon 16% telah terjadi kematian larva pada umur 2, 4 dan 12 hari dengan prosentase 50%, 82% dan 100% (Hader dan Worrest, 1991). Dari penelitian lain diestimasikan bahwa dengan penurunan lapisan ozon sebesar 16% akan mengakibatkan pengurangan 5% produsen primer (Hader dan Worrest, 1991). Dari pengurangan ini akan berimbas pada oprganisme yang lebih besar, misalnya jenis-jenis ikan diperkirakan berkurang sekitar 6% sampai 9%, sebanding dengan 6 juta ton ikan per tahun (Nixon, 1988 di dalam Hader dan Worrest, 1991)

Kondisi UV-B di Indonesia
Radiasi Uv matahari merupakan bagian dari radiasi elektromagnetik dari matahari yang berada pada panjang gelombang 20-400 nm. Dari empat jenis radiasi, radiasi UV-B merupakan radiasi yang berkaitan paling erat dengan lapisan ozon yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Oleh karena itu, Pusat Pemanfaatan Sains Stmosfer dan Iklim LAPAN Bandung melakukan pengukuran radiasi UV-B  menggunakan Pyranometer MS 210 W buatan EKO cp.ltd. alat ini mengukur jumlah intensitas radiasi UV-B dari panjang gelombang 280-315 nm dalam satuan watt/m2 . (Kaloka, 2001)

Kesimpulan
Radiasi UIV-B yang menembus sampai di biosfer, apabila mengenai permukaan tubuh organisme akan menembus sampai kepada DNA, sehingga mengganggu proses pertumbuhan organisme tersebut. Di Indonesia, radiasi UV-B masih dalam batas nilai tidak membahayakan bagi kehidupan, walaupun begitu, pada tahun 1995 intensitas UV-B pernah mengalami kenaikan sebesar 1,3% di Bandung.

DAFTAR PUSTAKA
Hader, D.P.  R.C Worrest and H.D.Kumar. 1991. Aquatic ecosystems. UNEP Environmental Effects Panel Report.
Kaloka. S. Budiwati. T.Suparno. Mardi cadn Maryadi. Radiasi Ultraviolet, Ozon dan Aerosol di atas Bandung, Laporan Program Penelitian TA 2001, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim. LAPAN