expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 21 Maret 2012

PERANAN CAHAYA TERHADAP PRODUKSI LAUT

            Sebagaimana kita tahu, cahaya matahari merupakan energi penggerak bagi seluruh kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi ini. Khususnya di perairan, cahaya matahari merupakan sumer energi dasar dan pengoptimal fungsi ekosistem utama pertumbuhan organisme autotrof yaitu fitoplankton.
Proses produksi di laut dimulai dari organisme autotrop  yang mampu menyerap energi dari cahaya matahari.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf

Fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia  berupa bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Steeman-Nielsen (1975) menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari fitoplankton.


Proses Produksi di Laut
Aksi pertama pada proses fotosintesis adalah mengabsorpsi cahaya. Tidak semua radiasi elektromagnetik yang jatuh pada tanaman yang berfotosintesis dapat diserap, tetapi hanya cahaya tampak (visible light) yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 400 sampai 720 nm yang diabsorpsi dan digunakan untuk fotosintesis (Govindjee dan Braun 1974; Nybakken, 1988). Menurut Parsons dkk (1984) energi cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis fitoplankton terbatas pada panjang gelombang 300 – 720 nm. Radiasi total pada panjang gelombang ini disebut photosynthetically available radiation (PAR atau PhAR). 
Peningkatan laju fotosintesis oleh sel fitoplankton bergantung pada laju penangkapan kuantum cahaya. Hal ini ditentukan oleh kemampuan absorpsi cahaya dari biomasa fotosintetik dan oleh intensitas dan kualitas spektrum cahaya. Laju fotosintesis tidak secara sederhana proporsional dengan laju penangkapan foton cahaya. Kirk (1994) menyatakan bahwa setiap sel memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan energi yang diserap untuk memfiksasi CO2 sebagai akibat perubahan status fisiologisnya. Kuantum cahaya mungkin dikumpulkan oleh suatu pigmen lebih cepat daripada elektron pembawa (electron carrier) dan enzim-enzim yang dapat menggunakannya. Dalam hal ini terdapat nilai efisiensi yang berbeda pada tiap sel fitoplankton.



Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf


Intensitas cahaya mempengaruhi nilai produktivitas primer. Sunarto (2002) membuktikan adanya hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer (Gambar 2). Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi produktivitas sampai batas tertentu kemudian turun kembali seiring dengan kenaikan intensitas cahaya. Ada batasan tertentu bahwa peningkatan intensitas cahaya tidak selamanya meningkatkan produktivitas.
Intensitas cahaya yang sangat tinggi justru menjadikan terhambatnya proses fotosintesis (fotoinhibisi) sedangkan intensitas yang terlalu rendah menjadi pembatas bagi proses fotosintesis (Cushing, 1975; Mann, 1982; Valiela, 1984; Parsons dkk.,1984; Neale,1987).


Cahaya di Dalam Perairan Laut  
Cahaya yang ada pada lapisan permukaan air merupakan resultante cahaya yang masuk dari matahari dan langit dan cahaya yang dipantukkan kembali oleh permukaan perairan. Besarnya nilai reflectance pada permukaan air dapat dilihat dari kedua sumbe cahaya tersebut. Apabila dilakukan pengukuran pada waktu yang sama terhadap cahaya yang datang dari matahari dan langit dan cahaya dari air (water-leaving light) maka dapat dihitung besarnya reflectance yaitu perbandingan insiden cahaya yang
direfleksikan kembali oleh air (Gambar 3,4 dan 5 ).
Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf




Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf


Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf

Cahaya matahari yang memasuki suatu medium optik seperti air, intensitasnya akan berkurang atau mengalami peredupan (extinction) seiring dengan kedalaman perairan. Hal ini disebabkan adanya absorpsi oleh air dan bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Besarnya tingkat peredupan bergantung kepada materi yang
terkandung dalam kolom air itu sendiri. Pada kolom air yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, tingkat peredupannya juga tinggi.


Referensi :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf