expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 21 Maret 2012

PERANAN CAHAYA TERHADAP PRODUKSI LAUT

            Sebagaimana kita tahu, cahaya matahari merupakan energi penggerak bagi seluruh kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi ini. Khususnya di perairan, cahaya matahari merupakan sumer energi dasar dan pengoptimal fungsi ekosistem utama pertumbuhan organisme autotrof yaitu fitoplankton.
Proses produksi di laut dimulai dari organisme autotrop  yang mampu menyerap energi dari cahaya matahari.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf

Fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia  berupa bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Steeman-Nielsen (1975) menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi primer di laut berasal dari fitoplankton.


Proses Produksi di Laut
Aksi pertama pada proses fotosintesis adalah mengabsorpsi cahaya. Tidak semua radiasi elektromagnetik yang jatuh pada tanaman yang berfotosintesis dapat diserap, tetapi hanya cahaya tampak (visible light) yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 400 sampai 720 nm yang diabsorpsi dan digunakan untuk fotosintesis (Govindjee dan Braun 1974; Nybakken, 1988). Menurut Parsons dkk (1984) energi cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis fitoplankton terbatas pada panjang gelombang 300 – 720 nm. Radiasi total pada panjang gelombang ini disebut photosynthetically available radiation (PAR atau PhAR). 
Peningkatan laju fotosintesis oleh sel fitoplankton bergantung pada laju penangkapan kuantum cahaya. Hal ini ditentukan oleh kemampuan absorpsi cahaya dari biomasa fotosintetik dan oleh intensitas dan kualitas spektrum cahaya. Laju fotosintesis tidak secara sederhana proporsional dengan laju penangkapan foton cahaya. Kirk (1994) menyatakan bahwa setiap sel memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan energi yang diserap untuk memfiksasi CO2 sebagai akibat perubahan status fisiologisnya. Kuantum cahaya mungkin dikumpulkan oleh suatu pigmen lebih cepat daripada elektron pembawa (electron carrier) dan enzim-enzim yang dapat menggunakannya. Dalam hal ini terdapat nilai efisiensi yang berbeda pada tiap sel fitoplankton.



Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf


Intensitas cahaya mempengaruhi nilai produktivitas primer. Sunarto (2002) membuktikan adanya hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer (Gambar 2). Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi produktivitas sampai batas tertentu kemudian turun kembali seiring dengan kenaikan intensitas cahaya. Ada batasan tertentu bahwa peningkatan intensitas cahaya tidak selamanya meningkatkan produktivitas.
Intensitas cahaya yang sangat tinggi justru menjadikan terhambatnya proses fotosintesis (fotoinhibisi) sedangkan intensitas yang terlalu rendah menjadi pembatas bagi proses fotosintesis (Cushing, 1975; Mann, 1982; Valiela, 1984; Parsons dkk.,1984; Neale,1987).


Cahaya di Dalam Perairan Laut  
Cahaya yang ada pada lapisan permukaan air merupakan resultante cahaya yang masuk dari matahari dan langit dan cahaya yang dipantukkan kembali oleh permukaan perairan. Besarnya nilai reflectance pada permukaan air dapat dilihat dari kedua sumbe cahaya tersebut. Apabila dilakukan pengukuran pada waktu yang sama terhadap cahaya yang datang dari matahari dan langit dan cahaya dari air (water-leaving light) maka dapat dihitung besarnya reflectance yaitu perbandingan insiden cahaya yang
direfleksikan kembali oleh air (Gambar 3,4 dan 5 ).
Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf




Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf


Sumber :  http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf

Cahaya matahari yang memasuki suatu medium optik seperti air, intensitasnya akan berkurang atau mengalami peredupan (extinction) seiring dengan kedalaman perairan. Hal ini disebabkan adanya absorpsi oleh air dan bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Besarnya tingkat peredupan bergantung kepada materi yang
terkandung dalam kolom air itu sendiri. Pada kolom air yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, tingkat peredupannya juga tinggi.


Referensi :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/peranan_cahaya_dalam_proses_produksi_di_laut.pdf



Minggu, 03 April 2011

Relung, Habitat, Adaptasi dan Faktor Pembatas

Relung (Niche)
Habitat adalah tempat hewan tinggal dan berkembang biak. Berbagai organisme yang hidup di laut tropis membutuhkan tempat hidup. Tempat hidup inilah yang di sebut dengan relung (niche). Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927), seorang ilmuwan Inggris. Niche tidak hanya meliputi ruang/tempat yang di tingggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradien lingkungan: temperatur, kelembaban, ph, substrat, dan kondisi lain. Pengetahuan tentang niche diperlukan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama organisme-organisme tersebut. Niche tidak hanya diartikan dimana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi, dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.
Dalam suatu ekologi, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi sebagai landasan untuk memahami fungsi dari suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat yang sama. Peranan niche dalam habitatnya, dalam jenjang makanannya yang berhubungan dengan pH tanah atau iklim. Dalam ekosistem, berbagai jenis makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung ekologi masing-masing hidup bersama dan berinteraksi.

HABITAT
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya”di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Sehingga Habitat diartikan sebagai tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke habitat itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.
Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau.
Selain itu, istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat menggunakan habitat hutan pantai, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat hutan rawa, dan lain sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen lingkungan biotik) dan komponen lingkungan abiotik.

ADAPTASI
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

Jenis Adaptasi
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.

1.   Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut :

a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.

c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya

d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.

e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.

Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.

b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.

c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.

b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.



FAKTOR PEMBATAS
Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem.

Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas, Lingkungan Mikro dan Indikator Ekologi
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:

a) umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu komunitas.

b) spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik dari pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator ekologi.

c) sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih dahulu.

d) semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.


Sumber :



http://www.try4know.co.cc/2010/03/faktor-pembatas-ekosistem.html

Partner : Giapril Doni

Senin, 21 Maret 2011

PENGARUH PENINGKATAN RADIASI UV-B TERHADAP ORGANISME LAUT

Sistem perairan yang menyediakan berbagai jenis bahan makanan yang sangat banyak bagi manusia, terutama dalam bentuk ikan, kerang dan rumput laut. Lebih dari 30% protein hewani dunia untuk konsumsi berasal dari lautan dan di banyak negara, terutama negara berkembang. Dari hasil penelitian, faktor penting yang harus diketahui adalah bagaimana peningkatan radiasi UV-B matahari dapat berpengaruh terhadap produktivitas sistem perairan.

Adanya penipisan lapisan ozon sekitar 16% dapat menyebabkan pengurangan sebesar 5% fitoplankton yang setara dengan kehilangan sekitar 7juta ton ikan setiap tahun.
Sinar UV-B telah diketahui menyebabkan kerusakan pada masa perkembangan awal ikan, udang, amphibi dan binatang lain. Radiasi sinar UV-B adalah sebuah faktor yang membatasi, dan kenaikan kecil dalam penyinaran UV-B dapat menyebabkan pengurangan populasi organisme konsumen.
Matahari sebagai sumber energi bagi bumi memancarkan radiasi dalam berbagai panjang gelombang, dan salah satunya yang berkaitan dengan fenomena kehidupan di bumi adalah sinar ultra violet (UV). Ada empat jenis radiasi UV, yaitu UV-A (315 – 400 nm), UV-B (280- 315 nm), UV-C (100- 280 nm) dan UV-D (20 – 100 nm). Yang paling tinggi energinya dan berpotensi merusak makhluk hidup adalah UC-C dan UV-D, tetapi hanya sedikit pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi karena radiasinya dapat diserap oleh atmosfer yang berlapis ozon atau tanpa ozon. UV-A bisa menembus atmosfer yang berozon, dan hanya UV-B yang secara efektif dapat ditahan oleh lapisan ozon yang tebal, dengan demikian radiasi yang sampai di bumi sangat tergantung dengan ketebalan ozonn di lapisan atmosfer.
Ekosistem laut mengimbangi ekosistem daratan dalam memproduksi biomassa yang mana penghubungannya berupa bahan organik kurang lebih sekitar 90 dan 100 gigaton setiap tahun (Houghton dan Woodwell, 1989). Oleh karena itu, penting diketahui adanya kenaikan UV-B yang mempunyai pengaruh terhadap hasil suatu area lautan dan diseluruh ekosistem yang bergantung pada proses ini dan juga proses klimatologi yang dapat dipengaruhinya (Smith, 1989).
Peranan sinar matahari untuk proses fotosintesis, pada fitoplankton yang berada di lapisan bagian atas, dibedakan dengan peringkat kekuatan penyinaran dan jarak gelombang pendek di dalam permukaan air.
Fitoplankton laut berperan sebagai elemen utama untuk mengurangi karbondioksida atmosfir, dan mempunyai peranan dalam menentukan kecenderungan pada masa depan konsentrasi karbondioksida dalam atmosfer. Fitoplankton lautan tersebar secara tidak merata di seluruh lautan dunia. Konsentrasi yang tertinggi terdapat di gads lintang yang tinggi kecuali pada kawasan yang mengalami upwelling pada area tertentu, serta daerah tropis dan subtropis mempunyai perbandingan 10 sampai 100 kali konsentrasi yang lebih rendah.
Disamping nutrisi, suhu, salinitas dan kesediaan cahaya, tingkatan penyiranan sinar UV-B dari matahari memainkan peranan dalam distribusi fitoplankton. Kehilangan dalam skala besar di dalam produktivitas biomasa primer akan mempunyai akibat terhadap jaring-jaring makanan di dalam ekosistem perairan dan berpengaruh terhadap produk makanan.

Produsen Primer
Sinar UV-B yang mengenai permukaan organisme akan menembus sampai kepada DNA, menghalangi fotosintesis, aktivitas enzim dan penggabungan nitrogen, memudarkan pigmen bersel dan mencegah motilitas dan orientasi (Hader dan Worrest, 1991 ). UV-B tidak hanya merusak satu bagian di fitoplankton tetapi mempunyai efek lainnya yang merusak organ lainnya. Studi mengenai kenaikan radiasi UV secara sensitif dilakukan di area lubang ozon Kutub Selatan, sebuah wilayah yang telah mengalami penipisan lapisan ozon dan berakibat adanya kenaikan radiasi UV di daerah Biosfer (Smith,et.al. 1992).

Gangguan Rantai Makanan
Sebagai komponen ekosistem, fitopklankton merupakan organisme fotosintesik yang mempunyai peranan penting dalam rantai-rantai makanan sebagai produsen primer bagi pemenuhan kebutuhan energi bagi organisme yang lebih besar.
Kelangsungan secara alami proses perputaran energi di ekosistem, berjalan dengan normal seperti kenormalan pembentukan enrgi di tahap awal, yaitu organisme fotosintesik. Akan tetapi, ternyata proses ini terganggu dengan adanya penipisan ozon yang terjadi.
Peningkatan radisasi UV, tidak hanya berpengaruh langsung pada proses fotosintesis, tetapi ternyata berpengaruh juga pada aspek fisiknya sebagai salah satu komponen dalam ekosistem.
Terganggunya pembentukan energi dan aspek fisiknya, berpengaaruh pada kematian sekitar 50% pada larva udang dan larva ikan. Pada penipisan ozon 16% telah terjadi kematian larva pada umur 2, 4 dan 12 hari dengan prosentase 50%, 82% dan 100% (Hader dan Worrest, 1991). Dari penelitian lain diestimasikan bahwa dengan penurunan lapisan ozon sebesar 16% akan mengakibatkan pengurangan 5% produsen primer (Hader dan Worrest, 1991). Dari pengurangan ini akan berimbas pada oprganisme yang lebih besar, misalnya jenis-jenis ikan diperkirakan berkurang sekitar 6% sampai 9%, sebanding dengan 6 juta ton ikan per tahun (Nixon, 1988 di dalam Hader dan Worrest, 1991)

Kondisi UV-B di Indonesia
Radiasi Uv matahari merupakan bagian dari radiasi elektromagnetik dari matahari yang berada pada panjang gelombang 20-400 nm. Dari empat jenis radiasi, radiasi UV-B merupakan radiasi yang berkaitan paling erat dengan lapisan ozon yang berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Oleh karena itu, Pusat Pemanfaatan Sains Stmosfer dan Iklim LAPAN Bandung melakukan pengukuran radiasi UV-B  menggunakan Pyranometer MS 210 W buatan EKO cp.ltd. alat ini mengukur jumlah intensitas radiasi UV-B dari panjang gelombang 280-315 nm dalam satuan watt/m2 . (Kaloka, 2001)

Kesimpulan
Radiasi UIV-B yang menembus sampai di biosfer, apabila mengenai permukaan tubuh organisme akan menembus sampai kepada DNA, sehingga mengganggu proses pertumbuhan organisme tersebut. Di Indonesia, radiasi UV-B masih dalam batas nilai tidak membahayakan bagi kehidupan, walaupun begitu, pada tahun 1995 intensitas UV-B pernah mengalami kenaikan sebesar 1,3% di Bandung.

DAFTAR PUSTAKA
Hader, D.P.  R.C Worrest and H.D.Kumar. 1991. Aquatic ecosystems. UNEP Environmental Effects Panel Report.
Kaloka. S. Budiwati. T.Suparno. Mardi cadn Maryadi. Radiasi Ultraviolet, Ozon dan Aerosol di atas Bandung, Laporan Program Penelitian TA 2001, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim. LAPAN

Rabu, 10 November 2010

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN INDONESIA

MERDEKA! SELAMAT HARI PAHLAWAN INDONESIAKU!
Hari ini tangal 10 November 2010 kita memperingati hari pahlawan nasional, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pahlawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah mengorbankan pikiran, tenaga, jiwa dan raganya demi Indonesia yang merdeka!
Jika mengingat tanggal 10 November pasti dipikiran kita selalu terbesit dengan Peristiwa 10 November 45' di Surabaya.
Peristiwa ini merupakan peristiwa besar yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur 64 tahun lalu, karena pada peristiwa ini terjadi pertempuran antara tentara Indonesia melawan tentara Inggris dan Belanda.
Tentara sekutu digandengi Belanda dan berusaha untuk menguasai Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia.
Pertempuran ini merupakan pertempuran pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme, atas latar belakang tersebut pada tanggal 10 November ditetapkanlah sebagai Hari Pahlawan.





Masih Ingatkah dengan Sutomo? Atau yang lebih akrab disapa dengan sebutan Bung Tomo? Beliau adalah seorang jurnalis yang membangkitkan semangat para pemuda melalui siaran radionya yang penuh dengan emosi Nasionalisme membara.
Bung Tomo juga merupakan Lead Pertempuran Surabaya yang menyebabkan tewasnya Jenderal Sekutu. Setelah Brigadir Jenderal Mallaby tewas, disusul oleh tewasnya Mayor Jenderal Mansergh. Jenderal Mansergh dengan pasukan kelas top dari Divisi 5 yang top. Dia yang ngutus Divisi 5 tsb ke Surabaya. Divisi 5 tsb punya reputasi bagus, Divisi 5 ini sangat terkenal mengalahkan pasukan Marsekal Rommel, perwira Jerman yang legendaris.

Sedikit ulasan tentang Pertempuran Surabaya,
Pada awalnya tentara sekutu mendarat di surabaya pada akhir October 1945, dimana pemuda surabaya merupakan benteng terkuat di surabaya. Terjadi pertempuran yang sangat sengit dengan 6000 tentara hindia belanda untuk menyelamatkan tawanan eropa. Bahkan Pemimpin tentara Inggris, Brigader Mallaby tewas tanggal 30 october 2008.


Hal ini memicu sweeping dari tentara sekutu dan dibantu oleh angkatan udara mereka tanggal 10 November. Dalam operasi militer ini tentara sekutu berhasil menguasai surabaya selama 3 Hari. Namun arek-arek surabaya dengan senjata seadanya berhasil memberikan perlawanan yang sengit kepada tentara sekutu walaupun ribuan orang meninggal karena serangan ini dan sisanya melarikan diri ke daerah lain.


Serangan militer ini sebenarnya untuk meredam dan membatalkan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun ternyata hal ini membangkitkan semangat di seluruh negeri ini untuk mempertahankan Kemerdekaan. Selain itu perjuangan di surabaya berhasil mendapatkan perhatian dari dunia. Sehingga dunia tahu bahwa Republik Indonesia merdeka dan memiliki dukungan yang sangat kuat dan luas dari Rakyatnya.



Sungguh besar jasa para pahlawan kita, tentunya sangat pantas jika pemerintah memberikan perhatian lebih lagi kepada para veteran perang kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya sebagai pelengkap dalam upacara bendera. Walaupun sebenarnya para veteran tidak mengharapkan pamrih dalam berjuang, sungguh heroik jiwa mereka.



Kemerdekaan yang diwariskan oleh para pejuang kita ini sebaiknya sebagai generasi muda kita meneruskan perjuangan mereka dengan melakukan pembangunan di segala bidang untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tidak terkecuali suku, agama, ras dan budayanya. Jangan ada lagi ada diskriminasi kepada golongan minoritas.

Golongan mayoritas tentunya harus bijaksana dalam bersikap, sedangkan minoritas juga jangan takut untuk menyuarakan pendapatnya. Pembangunan nasional dan kesejahteraan sosial bakal tercapai jika setiap aspek masyarakat mengesampingkan egonya dan mulai bekerja sama. Tidak ada yang lebih baik dari hidup saling tolong menolong dan saling menghargai. Semoga hal ini tercapai di Indonesia!

Sekarang saatnya kita, sebagai pemuda yang bangga akan Indonesia. Berjuang di garis depan untuk melawan penjajahan kemiskinan, pengangguran, krisis moral, ketidak adilan para penguasa, buaya-buaya berwajah manusia, dan tentunya sadar akan pendidikan!

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga! (pidato Bung Tomo)

::I LOVE INDONESIA::

5 SPESIES MOLLUSCA YANG MEMPUNYAI NILAI KOMERSIL

Assalamualaikum! 
Jalesveva! Jayamahe!
Setelah sekian lama ini blog dianggurin akhirnya diisi juga, biarpun diisnya bukan dengan curhatan-curhatan hati yang penting isinya! haa ya gak? ya gak?
gue punya 5 spesies dari phylum mollusca yang mempunyai nilai lebihlah kasarnya dan udah mulai banyak di manfaatkan oleh banyak orang di dunia ini termasuk di Indonesia nih.
Sebenernya kerajinan banget ya gue posting 5 spesies ini, tapi gue cuma sekedar share pengetahuan aja dan kebetulan ini juga tugas kuliah gue yang tujuan akhirnya itu buat dibikin buku identifikasi sekaligus buat menginspirasi pembaca kali aja abis baca bukunya jadi pada berbondong-bondong ke laut terus pada nyebur pengen liat yang namanya tridacna atau kima nama lokalnya kali aja bisa ketemu si jinny! :p
oia ngomgong-ngomong tridacna udah pada tau belom tridacna itu apa? 
oke deh gue bakal jelasin tridacna secara singkat dan secara awam aja yah.. hehe
tridacna itu merupakan salah 1 spesies dari phylum mollusca yang hidupnya di laut, ya pasti di lautlah#! :D
Di kita nih, Tridacna biasa dipanggil "Kima"
Habitatnya itu ada di dasar perairan laut, jadi otomatis hidupnya di daaerah berpasir, tapi ada juga kima yang hidupnya itu di sela-sela karang dan menempel di karang tersebut.
Bentuknya ada yang tau gak? yap bener banget bentuknya kayak kerang di film "jinny oh jinny" itu loh! makannya gue bilang kalo pengen ketemu sama si jinny yang telah belasan tahun meninggalkan kita, kalian bisa mencarinya di dalam kima! haha ngga ketang#
Manfaat yang ada pada kima pun banyak sekali! nah biar pada tau apa aja manfaatnya langsung aja diliat ke TKP..
Semoga bisa menginspirasi anda-anda dan tentunya semoga kita bisa lebih sadar dengan apa yang di anugrahkan Allah swt kepada kita semata-mata untuk kehidupan kita di bumi ini dan untuk dijaga baik-baik bukan untuk dirusak! 
Mari kita jaga laut kita dan segala sumber daya  dan kekayaan alam yang terdapat didalamnya demi kelangsungan hidup biota-biota di dalamnya dan demi anak cucu kita di masa mendatang!




Tridacna crocea








Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Branch: Protostomia
Infrakingdom: Lophotrochozoa
Superphylum: Eutrochozoa
Phylum: Mollusca
Class: Bivalvia
Subclass: Metabranchia
Superorder: Eulamellibranchia
Order: Veneroida
Superfamily: Cardioidea
Family: Tridacnidae
Genus: Tridacna
Specific name: crocea
Scientific name: Tridacna crocea

Morfologi
Kerang ini adalah spesies terbesar kerang moluska dalam catatan fosil, dan terberat dari semua yang hidup moluska. Seperti semua kerang moluska, shell terdiri dari dua katup, meskipun dalam kima raksasa yang lebih besar ini tidak bisa menutup sepenuhnya.
Cangkang sangat tebal dan tidak memiliki lempengan tulang bila dilihat dari atas, setiap katup 4:56 proyeksi segitiga menghadap ke dalam. mantel dari kerang yang terlihat antara dua kerang, dan merupakan coklat keemasan, kuning atau hijau, walaupun mungkin ada seperti kelimpahan lingkaran biru-hijau kecil yang kesan yang luar biasa adalah warna warni yang indah  Sejumlah atau menghapus bintik pucat pada mantel, yang dikenal sebagai 'jendela, memungkinkan sinar matahari untuk menyaring dalam melalui mantel. Mantel ini benar-benar menyatu dengan pengecualian dari dua lubang (atau 'menyedot'). Insang terlihat melalui menyedot inhalansia, sedangkan menyedot exhalent adalah tabung suka dan mampu mengeluarkan sejumlah besar air selama pemijahan atau jika clam kerang dekat tiba-tiba.

Jenis-Jenis yang potensial
Tridacna gigas, T. crocea, T. squamosa, Hippopus hippopus

Manfaat Industri
T.crocea ini banyak dimanfaatkan untuk bahan kerajinan untuk dijadikan ornament penghias ruangan, lampu gantung, ataupun hiasan dinding dan juga sebagian industry menjadikan kima yang satu ini sebagai bahan bangunan.
http://blog.unila.ac.id/

Kandungan Komponen Khusus
T.crocea ini memiliki cangkang dengan warna yang menarik dan juga mantelnya yang sangat indah sehingga banyak dicari. Selain itu juga dagingnya yang dijadikan sebagai bahan makanan.

Potensi Distribusi Habitat
Kima atau giant clam banyak ditemukan di ekosistem karang di perairan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia. Dari sembilan spesies Kima yang ada didunia, delapan diantaranya ada di Indonesia. Kima sudah cukup dikenal oleh masyarakat pantai di Indonesia, terutama sekitar Sulawesi dan Papua. Sebab selain bernilai konservasi, Kima juga memiliki nilai ekonomis tinggi.
Di perairan Teluk Cenderawasih, Papua, dapat ditemukan berbagai spesies Kima antara lain Kima raksasa (Tridacna gigas, Kima besar (Tridacna maxima, Kima tapak kuda (Hippopus hippopus, dan Kima lubang (Tridacna crocea), dari famili Cymatidae yaitu Triton trompet (Charonia tritonis), dari famili Cassidae yaitu Kima kepala kambing (Cassis cornuta), dari famili Trochidae yaitu Lola (Trochus niloticus) dan dari famili Trubinidae yaitu Batu laga (Turbo marmoratus).

Ketersediaan dan Harga
T.crocea ini tidak sulit ditemukan karena ketersdiaanya yang melimpah di lautan Indonesia ini, tetapi akhir-akhir  T.crocea telah mengalami kelangkaan populasi dan kesulitan produksi yang diakibatkan karena pemanfaatan yang tak terkendali dan tidak teratur. Contohnya di karimun jawa tepatnya di taka Puspa (antara Menjangan Kecil dan Menjangan Besar) hanya sebesar 0,08 individu/m2 dan hanya ditemukan spesies kecil Tridacna crocea (Ambariyanto, 2007 tidak dipublikasikan). Kondisi yang hampir sama juga dilaporkan, misalnya di Teluk Cenderawasih dilaporkan mempunyai kepadatan yang rendah yakni sebesar 0,07, 0,06 dan 0,06 individu/m2 di pulau Pepaya, Tridacna Atol dan Kabuai (Pranowo, 1998)
Secara ekonomis kima mempunyai nilai yang sangat tinggi, khususnya di pasaran luar negeri dimana hewan ini menjadi organisme akuarium yang sangat digemari. Sebagai contoh, untuk spesies Tridacna maxima yang berukuran 2 inchi dan mempunyai warna bagus dan menarik dijual seharga US$ 40 / ekor dalam kondisi hidup untuk dimanfaatkan sebagai hewan hias di akuarium.
Kima yang dijual ini adalah hasil budidaya yang bersertifikat dan bukan berasal dari alam. Sedangkan di Indonesia harga kima hidup sulit untuk diketahui karena belum adanya perdagangan kima hasil budidaya. Namun dibeberapa pasar tradisional. khususnya di luar Jawa, masih ditemukan beberapa orang yang memperdagangkan daging basah kima. Pemanfaatan ini masih bersifat tradisional dan belum sepenuhnya komersial, sehingga harganya pun masih sangat rendah. Sedangkan di harga cangkang kima di warung-warung cindera mata di pantai – pantai tempat wisata dijual dengan harga antara Rp 5000 hingga Rp 25 000 tergantung besar kecilnya.
Harga ini sangat murah karena kondisi cangkang kotor dan belum dilakukan perlakuan tertentu sehingga terlihat mengkilat dan bersih. Sedangkan untuk cangkang yang sudah bersih dan mengkilat dapat dijumpai di toko sourvenir yang menjualnya hingga ratusan ribu rupiah perpasangnya. Cangkang kima ini, bersama-sama dengan cangkang kerang lain, bahkan menjadi komoditas eksport dari beberapa negara termasuk Philippina.
http://eprints.undip.ac.id/


Tridacna squamosa









Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Branch: Protostomia
Infrakingdom: Lophotrochozoa
Superphylum: Eutrochozoa
Phylum: Mollusca
Class: Bivalvia
Subclass: Metabranchia
Superorder: Eulamellibranchia
Order: Veneroida
Superfamily: Cardioidea
Family: Tridacnidae
Genus: Tridacna
Specific name: squamosa
Scientific name: Tridacna squamosa

Morfologi
The Clam squamosa memiliki bukaan byssal tentakel panjang lebar dan menyedot incurrent sekitarnya, dan melekat lemah untuk substrat padat dengan filamen byssal. Jubah squamosa Clam Budidaya adalah bagian yang paling mencolok dalam tubuhnya seperti yang terlihat dalam warna Black.
Dua kerang Tridacna squamosa simetris memiliki piring besar, mempunyai scute disebut di permukaannya. Lempeng ini shell yang digunakan untuk perlindungan oleh berbagai invertebrata laut kecil seperti kepiting dan kerang lain menyebutkan beberapa.

Jenis-Jenis yang Potensial
Tridacna gigas, T. crocea, T. squamosa, Hippopus hippopus

Manfaat Industri
T.squamosa berbeda daripada tridacna pada umumnya yang lebih sering diunggulkan dalam pemanfaatan sebagai bahan pangan. Jenis kima yang satu ini lebih favorit untuk dijadikan penghias aquarium air laut oleh karena itu banyak dimanfaatkan oleh industri aquarium dan yang menjadikan tridacna squamosa ini berbeda dari tridacna-tridacna yang lain adalah tridacna squamosa ini lebih kuat dan tidak terlalu sulit dalam perawatannya. Tridacna lainnya, dan membutuhkan moderat untuk pencahayaan intens dan aliran air yang baik di akuarium rumah. kimia air yang tepat sangat penting, dan mereka akan berkembang dengan baik jika tingkat kalsium 380-450 mg / L, alkalinitas tingkat 8-11 dKH, dan tingkat magnesium dari 1280-1350 ppm diselenggarakan.
Selain itu T.squamosa juga cangkangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan yaitu untuk pembuatan tegel teraso.
http://blog.unila.ac.id/

Kandungan Komponen Khusus
Untuk T.squamosa yang lebih diunggulkannya adalah cangkang dalam bentuk utuh, karena T.squamosa ini lebih kuat dan tahan lama.

Potensi distribusi Habitat
Tridacna memiliki rentang yang sangat luas di alam liar dan ditemukan di Tengah dan Pasifik Selatan, Laut Coral, Indo-Pasifik melalui Samudera Hindia, dan Laut Merah. Mereka menempati habitat terumbu karang, umumnya ditemukan hidup di tengah tapi karang batu hidup dan mati dari genus Acropora hingga kedalaman 50 meterSemua kerang memasuki perdagangan akuarium yang dibudidayakan di Pasifik Tengah dan Samudra Pasifik Selatan, dan terutama emas, coklat, dan kuning dalam pewarnaan, kadang-kadang memiliki oranye, hijau, atau bintik biru. Bentuk warna paling langka dari squamosal Tridacna adalah semua biru, dan warna formulir ini jarang tersedia dalam perdagangan akuarium, menuntut harga yang sangat besar dan kuat.

Ketersediaan dan Harga
Karena banyaknya permintaan pasar T.squamosa banyak dicari oleh industri-industri untuk dijual, sehingga makin lama pemanfaatan T.squamosa ini menjadi ajang perburuan dan eksploitasi yang berlebih. "Hanya ada sembilan spesies kerang raksasa yang ada di dunia, dan tujuh spesies di antaranya hidup di perairan Indonesia," (Prof Ambariyanto,Undip)
Beliau juga mengatakan “Kerang raksasa dulu banyak ditemukan di perairan Karimunjawa dengan kepadatan populasi antara 0,02-0,04 individu per meter persegi. Namun, saat ini jumlahnya sudah berkurang dan hanya ditemukan kerang raksasa dari spesies kecil,”
Karena faktor itulah Tridacna squamosa, dihargai 549 dollar AS per ekor sehingga menjadikan perburuan liar terhadap kerang raksasa sangat marak.
Oleh karena itu, upaya untuk melakukan budidaya kerang raksasa perlu dilakukan untuk menghindari punahnya spesies itu. pertambahan ukuran kerang raksasa sebesar dua inci setidaknya membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Dengan demikian, budidaya kerang raksasa akhirnya dianggap tidak terlalu menguntungkan karena perhitungan balik modal lama menjadikan banyak pihak tidak mau membudidayakannya sehingga peran pemerintah dalam pembudidayaan kerang raksasa sangat dibutuhkan.
http://regional.kompas.com/read/2010/03/11/19323947/Kerang.Raksasa.Ini.Bakal.Punah.jika.Tak.Dilindungi

Hippopus hippopus









Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria Simak
Baca secara fonetik
Branch: Protostomia
Infrakingdom: Lophotrochozoa
Superphylum: Eutrochozoa
Phylum: Mollusca
Class: Bivalvia
Subclass: Metabranchia
Superorder: Eulamellibranchia
Order: Veneroida
Superfamily: Cardioidea
Family: Tridacnidae
Genus: Hippopus
Specific name: hippopus
Scientific name: Hippopus hippopus

Morfologi
Terbesar dari kima raksasa Tridacna gigas. Spesies ini khusus kima raksasa juga dikenal dengan nama umum "Giant Clam" karena ukurannya sangat besar. Kerang raksasa ini dapat mencapai panjang lebih dari 4 kaki (120 cm) dan mungkin berat lebih dari 500 kilogram.
Tridacna Hippopus kerang dan kerang yang indah, kuat, tumbuh dengan cepat, dan membutuhkan perawatan sedikit. Tapi itu penting untuk juga disiapkan sebagai Anda mungkin dapat untuk perawatan kima Anda sebelum benar-benar membeli satu, dan kemudian bagaimana untuk mempertahankannya dari waktu ke waktu. Dengan perawatan kerang yang tepat, Anda juga akan dapat mengidentifikasi penyakit kerang dan masalah.

Jenis-Jenis yang Potensial
Ada lima spesies kima raksasa dari genus Tridacna yang biasa ditawarkan untuk dijual di industri akuarium. Salah satu favorit adalah, kerang Tridacna maxima Maxima indah. Populer lainnya kima raksasa Tridacna untuk tetap akuarium karang adalah Tridacna Clam Crocea crocea, squamosa Clam Tridacna squamosa, dan derasa Clam derasa Tridacna.

Manfaat Industri
Untuk Hippopus hippopus banyak digunakan untuk bahan baku bangunan yaitu tegel teraso dan juga banyak diminati dalam keadaan hidup sebagai penghias aquarium.

Kandungan Komponen Khusus
Cangkang merupakan alat pelindung diri, terdiri atas lapisan carbonat (crystalline calcium carbonate), dipisahkan oleh lapisan tipis (lembaran) protein diantara cangkang dan bagian tubuh (otot dan daging). Pada bagian dalam cangkang kerang jenis ini terdapat lapisan mutiara yang mengkilap/berkilau.

Potensi Distribusi Habitat
Secara biologis hewan ini dikenal sebagai kerang raksasa yang termasuk dalam keluarga Tridacnidae yang hidup di ekosistem karang di wilayah Indo-Pacific. Dari utara ditemukan di wilayah Jepang Selatan hingga ke sekitar Great Barrier Reef bagian selatan. Sedangkan dari barat ditemukan di pantai timur Afrika hingga ke Negara-negara Pasifik Selatan.
Dalam keluarga ini terdapat dua genera dan delapan spesies dimana keseluruhannya dapat ditemukan di Indonesia, kecuali spesies paling akhir ditemukan di Fiji dan Tonga yakni Tridacna tevoroa (Lucas dkk., 1991)

Ketersediaan dan Harga
Kima pasir adalah salah satu jenis keragaman genetis milik Indonesia, yang dewasa ini tetap diminati sebagai komoditi ekspor. Kima pasir  ini memiliki nilai ekonomis penting karena cangkangnya memiliki penampakan dekoratif (decorative appearance) dan dapat dimanfaatkan sebagai wadah (utility as containers). Biasanya kerang ditangkap untuk diambil dagingnya, akan tetapi jenis-jenis kima (Hippopus hippopus, Tridacna spp.) ditangkap untuk diambil cangkangnya. Secara ekonomis mempunyai nilai yang sangat tinggi, khususnya di pasaran luar negeri dimana hewan ini menjadi organisme akuarium yang cukup digemari. Di Indonesia harga kima hidup sulit untuk diketahui karena belum adanya perdagangan hasil budidaya.


Haliotis Ovina (Abalon)







Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Branch: Protostomia
Infrakingdom: Lophotrochozoa
Superphylum: Eutrochozoa
Phylum: Mollusca
Class: Gastropoda
Subclass: Orthogastropoda
Superorder: Vetigastropoda
Superfamily: Haliotoidea
Family: Haliotidae
Genus: Haliotis
Specific name: ovina
Scientific name: - Haliotis ovina

Morfologi
Abalon (berasal dari bahasa Spanyol, Abulón) ialah suatu spesies kerang-kerangan (moluska) dari familia Haliotidae dan genus Haliotis. Ia dikenal pula sebagai kerang mata tujuh atau siput balik batu, ormer di Jersey dan Guernsey, perlemoen di Afrika Selatan, dan pāua di Selandia Baru.
Abalon tergolong dalam kelas Gastropoda yang besar. Terdapat hanya satu genus dalam famili Haliotidae dan kira-kira 4 - 7 subgenus. Taksonominya agak membingungkan. Spesiesnya berjumlah antara kira-kira 100 hingga 130 (karena adanya hibrida).
Abalon memiliki ciri-ciri permukaan kulit sebelah dalam yang berwarna-warni yang terbuat dari nakre. Daging moluska ini dianggap sebagai salah satu makanan istimewa di sebagian Amerika Latin (khususnya Chili), Asia Tenggara, dan Asia Timur (khususnya di Republik Rakyat Cina, Jepang, dan Korea).
Jenis-Jenis yang Potensial
H.ovina dan  H.asinina
Manfaat Industri
Abalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju di Eropa, Amerika Utara, Cina dan Jepang. Abalon mulai banyak dilirik oleh masyarakat Indonesia, khususnya pembudidaya dan konsumen pada umumnya. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir Meskipun demikian, temyata populasi abalon di alam sudah sangat menurun akibat terjadinya over eksploitasi. Oleh karena itu, jalan terbaik untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat adalah melalui jalan budidaya secara ekstensif maupun intensif.

Kandungan Komponen Khusus
Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,6o%, dan abu 11,11%. Cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam.

Distribusi Potensi Habitat
Budidaya Abalone mulai diteliti Loka Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 1999. Dalam klasifikasi hewan, Abalone termasuk makhluk laut dari kelas Gastropoda, keluarga Haliotidae, jenis Haliotis (kuping laut). Penampilannya mirip siput yang hanya mempunyai cangkang sebelah atas saja. Yang unik, binatang ini endemik, tidak semua tempat ada. Bergerak sangat lambat sehingga predator mudah memangsanya, termasuk manusia. Ia hidup di dasar laut, khususnya dikarang-karang. Wilayah Indonesia yang mempunyai spesies ini adalah NTB (Lombok tengah selatan), Ambon, Madura, dan Bajo (Sulsel).

Ketersediaan dan Harga
Abalon merupakan hewan bersifat low trophic level (larvanya memakan benthik diatom/mikroalga dan dewasanya memakan rumput laut/makroalga). Sehingga, dari sisi ekonomis biaya produksinya relatif murah. Hal inilah yang menarik dari komoditas abalon. Produksi benih yang kontinyu dan mantap memberi keyakinan bahwa budidaya abalon dapat dikembangkan. Bahkan abalone harga ekspornya bisa mencapai US$25.-/kg, Jika anda ingin mencicipi hidangan abalon, kini sudah tersedia banyak di restoran-restoran seafood.  Restoran ini bisa dijumpai di Hotel Dusit Mangga Dua, Plaza Indonesia, serta Plaza Senayan, bahkan mampu menghidangkan 12 menu abalone. Untuk mencicipi setiap potong abalone masak di restoran itu, setiap pengunjung minimal harus merogoh kocek sekitar
Rp 200 ribu. Ada juga menu abalone yang berharga Rp 1 juta per porsi. Asal tahu saja, itu bukan menu termahal. Soalnya menu abalone kering yang harga per ekornya mencapai Rp 13 juta ini, setara dengan harga sebuah unit sepeda motor.
Kini upaya pengemban abalone telah dilakukan melalui Program BUPEDES, penetapan daerah reservat, pemantauan mutu lingkungan, penerapan budidaya higienis, dan depurasi. Daerah sentra pengembangan adalah di Sumut, Riau, Kep. Riau, Jambi Babel, DKI, Banten, Jatim, NTB, Sulsel, Maluku dan Papua.
 http://akuakultur.wordpress.com/

Cypraea Tigris








Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Spesies : Cypraea Tigris

Morfologi
Tigris Cypraea, umumnya dikenal sebagai yang cowry harimau, adalah spesies cowry , lautan besar siput , sebuah laut gastropoda moluska dalam keluarga Cypraeidae , yang cowrie.
Secara kasar berbentuk telur dan dextral, yang glossy shell adalah besar dan berat untuk sebuah cowry. Ini langkah-langkah sampai dengan 15 cm (6 inci) panjangnya, dan sisi atas atau punggung berwarna putih, pucat kebiruan-putih, atau penggemar, padat ditutupi dengan bintik hitam nyaris melingkar coklat atau kehitaman. Akin banyak lainnya Cypraea siput, permukaan shell adalah terutama bercahaya, seolah-olah itu sengaja dipoles. Kadang-kadang ada kabur garis merah sepanjang shell pada garis tengah pada permukaan dorsal. Margin rendah dibulatkan (yaitu, tidak ada margin tajam antara permukaan atas dan bawah dari cangkang seperti yang ditemukan di beberapa cowrie lain). Sisi perut putih atau keputihan, dan membuka shell dipagari dengan gerigi seperti gigi.
Seperti halnya pada hampir semua cypraeids , dua ekstensi lateral mantel mampu memperluas sehingga untuk menutupi shell sepenuhnya, pertemuan di garis tengah permukaan punggung, mantelnya juga dapat menarik ke dalam lubang shell ketika terancam. Dalam spesies ini, permukaan luar mantel telah proyeksi pin-seperti banyak yang berujung putih.

Jenis-Jenis yang Potensial
Cypraea ambigua, Cypraea Tigrina

Manfaat Industri
Moluska jenis ini berpotensi sebagai bahan dekorasi, cinderamata, ornamen dan aksesoris pakaian. Cypraea spp. juga diketahui berpotensi sebagai bahan baku bangunan dan pembuatan pisau. Dharma (1988) menyatakan bahwa moluska, khususnya jenis Cypraea spp. sudah sejak lama digunakan di Papua sebagai alat tukar pengganti uang. Nilainya cukup tinggi karena satu keping dapat ditukar dengan seekor babi.

Kandungan Komponen Khusus
Famili Cypraeidae memiliki permukaan cangkang atasnya mengkilap, anggotanya cukup banyak, ukuran cangkangnya berkisar 1-15 cm dan tidak mempunyai operculum.
Cypraea mempunyai lempengan keras dan bundar berjt kapur atau berzat tanduk dibagian belakang kakinya. Lempengan ini di sebut operculum dapat menjadi sumbat penutup lubang cangkang yang amat ampuh untuk melindungi tubunya yang lunak yang tersebunyi didalam cangkang.

Distribusi Potensi Habitat
Kelas gastropoda mrupakan golongan yang paling berhasil menyesuaikan dari untuk hidup diberbagai habitat seperti dasar laut,pelagis,perairan air tawar dan sebagian daratan (Soewigyo, 1989).
Secara alami gastropoda umumnya menyenangi hidup secara kelompok, membenangkan diri dalam Lumpur, dan daun lamun. Namun ada juga yang hidup secara soliter tergantung kondisi bioekologis dari lingkungan hidup.
Oermarjati dan wardana (1990), menyatakan bahwa jenis-jenis cypraea hidup pada daerah pasang surut di antar batu karang dan banyak di tumbuhi algae. Lebih lanjut dilaporkan parinsi (1997), bahwa famili cypraeidae mereka umum menempel padabatu atau karang mati untuk membenamkan diri pada pasir.
Gastropoda tersebar luas diseluruh perairan Indonesia seperti Bengkulu, jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Djami dkk, 1998). Sedangkan Brawn dan Moore (1965), dalam harahap (1992), menyakan bahwa gastropoda ada yang hidup sampai pada kedalaman 8210 meter. Demikian juga Soewignyo (1989), menyatakan bahwa kebanyakan gastropoda hidup dalam laut pada zona dangkal sampai kedalaman 10.000.

Parameter Lingkungan
1. Suhu
Suhu di perairan laut merupakan salah satu factor yang sangat penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut (Hutabarat dan evans, 1985). Nybakken (1988) menyatakan bahwa suhu merupakan factor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Suhu memiliki peranan yang penting dalam mengatur proses alamiah organisme akuatik, baik dalam aktifitas metabolisme untuk pertumbuhan dan fisioligi juga reproduksinya. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan gastropoda pada umumnya adalah 25-32 ˚C (Abbot, 1965 dalam Parinsi, 1997).
2. Salinitas
Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat yang terlarut dalam 1 kg air laut (Hutabarat dan Evans, 1985). Pada umumnya permukaan laut mempunyai salinitas yang lebih besar dari pada lapisan-lapisan yang lebih dalam. Salinitas di laut secara umum antara 33 ‰ sampai 37 ‰, sedangkan salinitas permukaan di daerah dengan curah hujan yang tinggi, atau dimana ada pengenceran oleh sungai, dan dalam daerah semi tertutup dapat mendekati nol (Nybakken, 1988).
Salinitas yang optimal untuk kehidupan Gastropoda berada pada kisaran 28-34 ‰. Untuk famili Cypraeidae, salinitas antara, 31-37 ‰ merupakan kisaran yang layak untuk kehidupan Cypraeidae (Agnestian, 1994 dalam Parinsi, 1997).
3. pH
pH digunakan untuk menyatakan hubungan keeratan dengan konsentrasi ion hidrogen. pH juga merupakan indikasi asam atau basa suatu perairan. Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan bahwa pH air normal adalah 7,2 – 8,1. pH air yang demikian masih layak untuk semua kebutuhan hidup.
Gastropoda umumnya memerlukan pH antara 6,5 – 8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Menurut Gasper (1990) dalam Parinsi (1997), Cypraeidae mampu mentoleransi perairan dengan kisaran pH antara 7-8. nilai pH tersebut merupakan nilai pH optimal bagi kelangsungan hidup dan proses reproduksi Cypraeidae.

Ketersediaan dan Harga
 Berdarkan kondisi lingkungan, daerah intertidal merupakan zona intertidal berbatu dan zona intertidal berpasir (Nybaken, 1992 ). Lebih lanjut di katakana bahwa bermacam-macam inveterbrata yang hidup secara benthos daerah intertidal mempunyai kisaran ukuran yang sangat luas yaitu berukuran mikro seperti protozoa sampai pada ukuran makro seperti crusiaecia an mollusca .
Gastropoda merupakan salah satu kelas dalam phylum mollusca yang hidup di daerah intertidal dan memiliki jumlah banyak,. Soewigno (1989),melaporkan bahwa gastropoda mencakup 35.000 spesies yang masih hidup dan 15.000 species yang telah menjadi fosil. Lebih lanjut dikatakan Nontji (1993), bahwa diperkirakan sekitar 1500 jenis gastropoda.
Untuk harga cangkangnya cukup tinggi yaitu Rp. 45.000/kg